Belajar Berhitung Aritmatika Mental
Sebab terjadinya darurat Matematika di Indonesia diantaranya adalah pemikiran kebanyakan orang tua yang menginginkan anaknya sejak dini untuk bisa berhitung lebih cepat tanpa melihat bagaimana perkembangan kecerdasannya.
Anak seharusnya tidak dipaksa untuk belajar dan tidak harus belajar berhitung di usia dini. Belajar berhitung yang baik bagi anak dilakukan secara natural, tidak dengan memberi pelajaran yang terkesan formal misalnya mengajarkan mereka untuk bisa menyebutkan bilangan secara urut dan bisa menuliskan angka-angkanya.
Belajar berhitung sejak dini cukup dengan mengenalkan mereka konsep bilangan seperti mengajak mereka melompat sambil berhitung dari 1, 2, dan 3, mengajak mereka memilih sejumlah benda yang lebih banyak dari lainnya, dsb.
Setelah melakukan hal-hal yang semacam itu, suatu saat anak dapat menentukan urutan bilangan dan dapat memahami mengapa 3 lebih besar dari 2 sambil mengenalkan lambang bilangan.
Ada tiga hal yang menentukan kecerdasan seorang anak sejak dini, yaitu faktor genetik (bawaan lahir), nutrisi (kecukupan gizi), dan stimulasi. Jika anak mengalami kekurangan pada salah satunya akan menyababkan gangguan pada perkembangan kecerdasan seorang anak.
Saya telah melakukan percobaan, mengajari dan mengetes seorang anak. Ia sudah pandai berbicara di usianya yang hampir tiga tahun. Anak ini selalu diajak berbicara atau berkomunikasi dan diajarkan tentang benda-benda atau orang-orang yang ada di sekitarnya dengan pertanyaan apa ini, apa itu, siapa ini, siapa itu, mana bapak, mana ibu, dll. untuk memberikan stimulus. Walaupun mereka belum mampu berbicara, ajak mereka berbicara agar mereka menjadi aktif nantinya.
Anak ini telah diperkenalkan penyebutan bilangan dari satu, dua, tiga, sampai sepuluh. Tetapi, ia tidak bisa menyebutkannya secara urut, tergantung kekuatan hapalannya. Jadi, menurut saya, kita jangan memaksa anak di usia tersebut agar mampu menyebut bilangan secara urut dengan sendirinya.
Anak memerlukan banyak stimulasi karena anak tersebut belum mampu mengurutkan bilangan dan juga belum mampu menentukan banyaknya suatu benda.
Memiliki keahlian Aritmatika Mental merupakan keterampilan yang umum dimiliki dan praktis digunakan setiap hari. Tanpa kemampuan untuk melakukan aritmatika mental, bisa jadi sulit untuk menyelesaikan tugas sehari-hari yang berhubungan dengan perhitungan sederhana.
Anak yang menguasai teknik Aritmatika Mental akan membantu mereka dalam banyak situasi. Misalnya, mereka dapat menghitung atau memperkirakan berapa banyak makanan ringan yang mereka beli dengan uang yang mereka miliki.
Memiliki keterampilan aritmatika mental tidak harus menghentikan proses pemecahan masalah menggunakan kalkulator.
Beberapa siswa mungkin dapat dengan mudah menambah dan mengurangi tetapi mungkin menghadapi kesulitan membagi dan mengalikan secara mental, terutama ketika melibatkan bilangan yang relatif besar.
Jika anak tidak bisa berhitung ketika pensil, kertas, dan kalkulator tidak ada dengan teknik aritmatika mental yang diajarkan, mungkin menandakan bahwa anak tersebut belum menguasai strategi matematika dasar. Dia mungkin membutuhkan bantuan ekstra atau seseorang untuk mengajarkan konsep-konsep semacam itu kepadanya dengan cara yang berbeda.
Anda juga mungkin ingin guru anak Anda melihat apakah dia memiliki gangguan belajar, seperti dyscalculia, sehingga kesulitan dalam berhitung. Guru dapat meninjau pekerjaan anak Anda dan memberikan penilaian, apakah anak Anda hanya perlu lebih banyak berlatih Aritmatika Mental.
Anda dapat mendorong mereka untuk menggunakan keterampilan Aritmatika Mental dalam berbagai cara sejak dini:
Anak-anak yang lebih kecil dapat mengambil manfaat dari tugas yang lebih sederhana, seperti memberi tahu Anda berapa banyak apel yang perlu Anda dapatkan jika Anda ingin lima dan sudah memiliki dua di dalam keranjang belanja.
Temukan cara untuk membuat anak Anda menambahkan, mengurangi, dan membagi benda-benda rumah tangga. Misalnya, letakkan 6 buah pisang di atas meja dan tanyakan padanya bagaimana ia akan membagikan ke dalam tiga mangkuk jika masing-masing memiliki jumlah yang sama.
Pembelajaran langsung seperti itu dapat membantu anak Anda menguasai konsep-konsep berhitung daripada hanya menghafal fakta-fakta matematika. Ingatlah untuk tidak menekan anak Anda dan sebaliknya fokus untuk menjadikan kegiatan ini menyenangkan dan menghibur.
Anak seharusnya tidak dipaksa untuk belajar dan tidak harus belajar berhitung di usia dini. Belajar berhitung yang baik bagi anak dilakukan secara natural, tidak dengan memberi pelajaran yang terkesan formal misalnya mengajarkan mereka untuk bisa menyebutkan bilangan secara urut dan bisa menuliskan angka-angkanya.
Belajar berhitung sejak dini cukup dengan mengenalkan mereka konsep bilangan seperti mengajak mereka melompat sambil berhitung dari 1, 2, dan 3, mengajak mereka memilih sejumlah benda yang lebih banyak dari lainnya, dsb.
Setelah melakukan hal-hal yang semacam itu, suatu saat anak dapat menentukan urutan bilangan dan dapat memahami mengapa 3 lebih besar dari 2 sambil mengenalkan lambang bilangan.
Ada tiga hal yang menentukan kecerdasan seorang anak sejak dini, yaitu faktor genetik (bawaan lahir), nutrisi (kecukupan gizi), dan stimulasi. Jika anak mengalami kekurangan pada salah satunya akan menyababkan gangguan pada perkembangan kecerdasan seorang anak.
Saya telah melakukan percobaan, mengajari dan mengetes seorang anak. Ia sudah pandai berbicara di usianya yang hampir tiga tahun. Anak ini selalu diajak berbicara atau berkomunikasi dan diajarkan tentang benda-benda atau orang-orang yang ada di sekitarnya dengan pertanyaan apa ini, apa itu, siapa ini, siapa itu, mana bapak, mana ibu, dll. untuk memberikan stimulus. Walaupun mereka belum mampu berbicara, ajak mereka berbicara agar mereka menjadi aktif nantinya.
Anak ini telah diperkenalkan penyebutan bilangan dari satu, dua, tiga, sampai sepuluh. Tetapi, ia tidak bisa menyebutkannya secara urut, tergantung kekuatan hapalannya. Jadi, menurut saya, kita jangan memaksa anak di usia tersebut agar mampu menyebut bilangan secara urut dengan sendirinya.
Anak memerlukan banyak stimulasi karena anak tersebut belum mampu mengurutkan bilangan dan juga belum mampu menentukan banyaknya suatu benda.
Belajar Berhitung Aritmatika Mental
Apa itu Aritmatika Mental?
Aritmatika Mental adalah perhitungan aritmatika dilakukan dalam pikiran, tanpa menuliskan angka-angka atau menggunakan kalkulator. Perhitungan mental sering melibatkan penggunaan teknik khusus yang dirancang untuk jenis masalah tertentu.
Apa Manfaat Aritmatika Mental untuk Anak?
Aritmatika mental mengacu pada praktik melakukan perhitungan di kepala, yaitu dengan tidak menggunakan bantuan pensil dan kertas untuk mencakar, kalkulator atau alat bantu berhitung lainnya.Memiliki keahlian Aritmatika Mental merupakan keterampilan yang umum dimiliki dan praktis digunakan setiap hari. Tanpa kemampuan untuk melakukan aritmatika mental, bisa jadi sulit untuk menyelesaikan tugas sehari-hari yang berhubungan dengan perhitungan sederhana.
Anak yang menguasai teknik Aritmatika Mental akan membantu mereka dalam banyak situasi. Misalnya, mereka dapat menghitung atau memperkirakan berapa banyak makanan ringan yang mereka beli dengan uang yang mereka miliki.
Memiliki keterampilan aritmatika mental tidak harus menghentikan proses pemecahan masalah menggunakan kalkulator.
Kapan Anak Siap untuk Belajar Aritmatika Mental?
Aritmatika mental dikembangkan secara progresif dari waktu belajar penjumlahan dan konsep pengurangan. Setelah anak mempelajari konsep dasar melakukan perhitungan secara matematika.Beberapa siswa mungkin dapat dengan mudah menambah dan mengurangi tetapi mungkin menghadapi kesulitan membagi dan mengalikan secara mental, terutama ketika melibatkan bilangan yang relatif besar.
Jika anak tidak bisa berhitung ketika pensil, kertas, dan kalkulator tidak ada dengan teknik aritmatika mental yang diajarkan, mungkin menandakan bahwa anak tersebut belum menguasai strategi matematika dasar. Dia mungkin membutuhkan bantuan ekstra atau seseorang untuk mengajarkan konsep-konsep semacam itu kepadanya dengan cara yang berbeda.
Anda juga mungkin ingin guru anak Anda melihat apakah dia memiliki gangguan belajar, seperti dyscalculia, sehingga kesulitan dalam berhitung. Guru dapat meninjau pekerjaan anak Anda dan memberikan penilaian, apakah anak Anda hanya perlu lebih banyak berlatih Aritmatika Mental.
Anda dapat mendorong mereka untuk menggunakan keterampilan Aritmatika Mental dalam berbagai cara sejak dini:
- Ajarkan atau Perkenalkan Konsep Berhitung Kepada Anak Secara Interaktif
- Terapkan dalam Kehidupan Nyata
- Praktekkan Trik dan Strategi Perhitungan Aritmatika Mental
Anak-anak yang lebih kecil dapat mengambil manfaat dari tugas yang lebih sederhana, seperti memberi tahu Anda berapa banyak apel yang perlu Anda dapatkan jika Anda ingin lima dan sudah memiliki dua di dalam keranjang belanja.
Temukan cara untuk membuat anak Anda menambahkan, mengurangi, dan membagi benda-benda rumah tangga. Misalnya, letakkan 6 buah pisang di atas meja dan tanyakan padanya bagaimana ia akan membagikan ke dalam tiga mangkuk jika masing-masing memiliki jumlah yang sama.
Pembelajaran langsung seperti itu dapat membantu anak Anda menguasai konsep-konsep berhitung daripada hanya menghafal fakta-fakta matematika. Ingatlah untuk tidak menekan anak Anda dan sebaliknya fokus untuk menjadikan kegiatan ini menyenangkan dan menghibur.